1. Definisi
Candidiasis
atau candidosis merupakan bentuk paling umum dari mikosis oral superficial.1
Cnadidiasis
oral merupakan infeksi oportunistik yang paling umum mempengaruhi mukosa oral.
Pada sebagian besar kasus, lesi tersebut disebabkan oleh jamur Candida albicans.2
2. Etiologi
Candidiasis
utamanya disebabkan oleh Candida albicans,
dan jarang karena spesies candida lainnya.1 Candida albicans, Candida
tropicalis, Candida glabrata
bersama terdiri lebih dari 80% dari spesies yang terisolasi dari infeksi Candida
pada manusia.2
3. Patogenesis
Untuk
menginvasi lapisan mukosa, mikroorganisme harus menempel ke permukaan epitel,
oleh karena itu, strain Candida dengan potensi adhesi yang lebih baik lebih
patogenik daripada strain dengan adhesi yang kurasa.
Penetrasi
jamur dari sel-sel epitel difasilitasi oleh produksi lipase mereka, dan agar
jamur bertahan diepitel, mengatasi deskuamasi konstan sel epitel permukaan.
Terdapat hubungan yang jelas antara kandidiasis oral dan pengaruh faktor
predisposisi lokal dan umum. Faktor predisposisi lokal yang mampu untuk
mempromosikan pertumbuhan candida atau mempengaruhi respon imun oral mucosa.
Faktor predisposisi umum biasanya berhubungan dengan status imun dan endokrin
pasien.2
4. Faktor Predisposisi
Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya candidiasis. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor predisposisi dan terbagi menjadi faktor predisposisi
lokal dan umum.
Status
kekebalan tubuh dapat dipengaruhi oleh obat-obatan juga penyakit, yang menekan
sistem imun bawaan. Candidiasis pseudomembranous juga berhubungan dengan
infeksi jamur pada anak-anak, yang tidak memiliki sistem imun yang berkembanga
sempurna.
Denture
stomatitis, angular cheilitis, dan median rhomboid glossitis disebut sebagai
infeksi yang berhubungan dengan candida, dan lesi ini dapat, selain karena
candida, disebabkan oleh bakteri.
Faktor predisposisi
lokal untuk oral candidiasis dan lesi lain yang berhubungan dengan Candida.
|
Pemakaian gigi tiruan.
|
Merokok.
|
Berhubungan dengan atopik.
|
Inhalasi steroid.
|
Steroid topical.
|
Hyperkeratosis.
|
Tidak seimbangnya mikroflora
mulut.
|
Kualitas dan kuantitas saliva.
|
Faktor predisposisi
umum untuk oral candidiasis.
|
Penyakit yang menekan sistem
imun.
|
Status kesehatan yang
terganggu.
|
Obat yang menekan sistem imun.
|
Kemoterapi.
|
Kelainan endokrin.
|
Kekurangan hematin.
|
5. Klasifikasi Oral Candidiasis.2
6. Gejala Klinis
a.
Pseudomembranous
Candidiasis.
Bentuk
akut dari pseudomembran candidiasis (thrush) dikelompokkan ke primary oral
candidiasis dan dikenal sebagai infeksi candida yang klasik. Infeksi biasanya
mempengaruhi pasien yang mengkonsumsi antibiotic, obat imunosupresan, atau
penyakit yang menekan sistem imun.
Infeksi
ini biasanya menampilkan membrane yang melekat longgar yang terdiri dari
organism jamur dan debris cellular yang meninggalkan sebuah peradangan,
terkadang area perdarahan jika pseudomembran dihilangkan.
Gejala
klinis kandidiasis pseudomembran akut dan kronis dapat dibedakan. Bentuk kronis
terjadi sebagai akibat infeksi HIV dimana pasien dengan penyakit ini dapat
terkena infeksi candida pseudomembran untuk waktu yang lama. Pasien yang
dirawat dengan inhaler steroidjuga dapat terkena lesi pseudomembran yang
kronis. Pasien jarang melaporkan lesi mereka, walau beberapa ketidaknyamanan
dirasakan saat adanya pseudomembran.
b.
Erythematous
Candidiasis.
Dulu
dikenal sebagai atrophic oral candidiasis. Permukaan eritema menunjukkan atrofi
dan peningkatan vaskularisasi. Lesi ini memiliki tepi yang difus, yang membantu
membedakannya dari erythroplakia, yang mempunyai demarkasi yang lebih tajam.
Candidiasis ini dianggap penerus candidiasis pseudomembran namun juga dapat
muncul sendiri.
Biasanya
ditemui pada palatum dan dorsum lidah pada pasien yang menggunakan inhaler
steroid. Faktor predisposisi lain adalah merokok dan perawatan dengan
antibiotic spectrum luas. Bentuk akut dan kronisnya hadir dengan tampilan
klinis yang identik.
c.
Chronic
Plaque-Type and Nodular Candidiasis.
Dulu
disebut candidal leukoplakia. Dikarakteristikkan dengan plak putih, yang dapat
dibedakan dari oral leukoplakia.
d.
Denture
Stomatitis.
Area
yang paling sering terkena adalah mukosa palatal yang tertutupi gigi tiruan,
Tidak sering terjadi di mandibula. Denture stomatitis diklasifikasikan menjadi
3 tipe, Tipe I terletak di area eritema minor yang disebebkan oleh trauma dari
gigi tiruan. Tipe II mempengaruhi sebagian besar mukosa yang tertutupi gigi
tiruan. Tipe III memiliki mukosa granular pada bagian tengah palatum. Gigi
tiruan berfungsi sebagai tempat yang melindungi mikroorganisme dari pengaruh
fisik seperti saliva. Microflora yang terlibat adalah kompleks dan selain
candida, juga mengandung bakteri seperti Streptococcus,
Veillonella, Lactobacillus, Prevotella,
dan Actinomyces. Tidak diketahui
sampai mana peran bakteri terhadap pathogenesis denture stomatitis.
e.
Angular
Cheilitis.
Merupakan
fissure yang terinfeksi dari komisura mulut, sering dikelilingi oleh eritema.
Lesi ini sering terinfeksi oleh Candida
dan Staphylococcus aureus, kekurangan
vitamin B12, kekurangan zat besi, dan hilangnya dimensi vertikal dikaitkan
berhubungan dengan kelainan ini. Atopi juga dikaitkan degnan angular cheilitis.
Kulit kering dapat mempercepat perkembangan fissure di komisura, memungkinkan
invasi mikroorganisme. Tiga puluh persen pasien denture stomatitis juga
mengalami angular cheilitis, yang hanya mempengaruhi pasien pemakai gigi tiruan
tanpa denture stomatitis.
f.
Median Rhomboid
Glossitis.
Dikarakteristikkan
dengan lesi eritema pada tengah bagian posterior dorsal lidah. Lesi ini
memiliki konfigurasi oval. Area eritema ini dihasilkan dari atrofi papilla
filiform dan permukaan dapat menjadi lobulated. Etiologinya belum
diklarifikasi, namun lesi sering menunjukkan campuran microflora
bakteri/fungal. Biopsi menunjukkan Candida hypnea pada lebih dari 85% lesi.
Perokok dan pemakai gigi tiruan meningkatkan terjadinya median rhomboid
glossitis, juga pada pasien yang menggunakan inhalasi steroid. Terkadang lesi
eritema bersamaan dapat dilihat pada mukosa palatal. Media rhomboid glossitis
asimtomatik, dan manajemennya dibatasai untuk mengurangi faktor predisposisi.
Lesi tidak menyebabkan risiko transformasi ganas.
g.
Oral Candidiasis
Associated with HIV.
Lebih
dari 90% pasien AIDS terkana oral oral candidiasis selama infeksi HIV mereka,
dan infeksi dianggap sebagai pertanda perkembangan AIDS. Bentuk paling umum
yang berhubungan dengan HIV adalah candidiasis pseudomembran, candidiasis
eritema, angular cheilitis, dan chronic hyperplastic candidiasis.
h.
Secondary Oral
Candidiasis.
Disertai
dengan candidiasis mucocutan sistemik dan kekurangan imun lainnya. CMC (Chronic
Mucocutanous Candidiasis) mencakup sekelompok gangguan heterogen yang selain
oral candidiasis, juga mempengaruhi kulit, kuku dan lapisan mukosa lain seperti
mukosa genital. Wajah dan kulit kepala dapat terlibat massa granuloma terdapat
pada area ini. Sekita 90% pasien CMC terkena oral candidiasis. Keterlibatan
mulut pada lidah, dan lesi hiperplastik putih terlihat pada perhubungan fisura.
CMC dapat terjadi karena kelainan endokrin sebagai hipertiroid dan penyakit
Addison. Gangguan fungsi fagositosis oleh neutrofil granulosit dan makrofag
disebabkan oleh kekurangan myeloperoxidase yang juga dengan CMC. Baik kekebalan
tubuh bawaan dan adaptif sangat penting untuk mencegah perkembangan CMC.3
7. Pemeriksaan Laboratorium.
Adanya
candida sebagai anggota flora normal mempersulit untuk membedakan saat normal
dan infeksi. Sangat penting bahwa baik temuan klinis dan data laboratorium
seimbang untuk sampai pada diagnosis yang tepat. Terkadang obat antifungal
diberikan untuk membantu proses diagnosis.
Noda
dari daerah terinfeksi, yang terdiri dari sel epitel, menciptakan peluang untuk
deteksi jamur. Bahan yang diperoleh diletakkan pada isopropyl alcohol dan udara
kering diberikan sebelum pewarnaan dengan periodic acid-Schiff. Deteksi jamur
dipertimbangkan sebagai tanda infeksi. Teknik ini berguna ketika candidiasis oral
pseudomembran dan angular cheilitis dicurigai. Untuk meningkatkan sensitivitas,
gesekan kedua dapat ditransfer ke transport medium diikuti dengan budidaya pada
agar Sabouraud. Untuk membedakan antara spesies Candida yang berbeda,
pemeriksaan tambahan dilakukan pada agar Pagano-Levin.2
8. Perawatan.
Sebelum
memulai medikasi antifungal, penting untuk mengidentifikasi faktor
predisposisi. Faktor lokal biasanya diidentifikasi namun kadang tidak mungkin
dikurangi. Disitulah terdapat peran penting obat antifungal. Obat antifungal
yang paling sering digunakan adalah golongan polyenes atau azoles. Polien
seperti nystatin dan amphotericin B adalah alternative pertama pada perawatan
candidiasis oral primer dan ditoleransi dengan baik. Polien tidak diserap pada
saluran pencernaan dan tidak terkait dengan perkembangan resisten. Mereka
mengerahkan tindakan melalui efek negatif pada produksi ergosterol, yang sangan
penting untuk integritas membrane sel candida.
Walaupun
kurang realistic, pelepasan permanen gigi tiruan merupakan perawatan efektif
untuk denture stomatitis. Bagaimanapun, pengurangan atau penghilangan faktor
predisposisi adalah tujuan utama perawatan denture stomatitis serta infeksi
oportunistik lain. Hal ini termasuk permbaikan kebersihan gigi tiruan dan
rekomendasi untuk tidak memakai gigi tiruan saat tidur. Bersihkan gigi tiruan
juga berguna untuk mengganggu kematangan lingkungan mikroma dibawah gigi
tiruan. Gigi tiruan disimpan pada cairan antimicrobial.
Perawatan
topical dengan azoles seperti miconazol adalah pilihan perawatan untuk angular
cheilitis yang terinfeksi oleh S.aureus dan candidiasis. Asam fusidic dapat
digunakan sebagai pelengkap obat-obatan. Jika angular cheilits terdiri dari
eritema disekitar fisura, salep steroid mungkin diperlukan untuk menekan
inflamasi. Untuk mencegah kambuh, pasien harus mengoles krim pelembab, yang
akan mencegah pembentukan fisura baru.
Azoles
sistemik digunakan pada candidiasis primer yang terletak dalam, seperti
candidiasis hyperplastic kronis, denture stomatitis, median rhomboid glossitis
dengan tampilan granular, dan untuk infeksi resisten terapi, kebanyakan terkait
dengan ketidakpatuhan. Ada beberapa kerugian azoles, mereka berinteraksi dengan
warfarin, menyebabkan peningkatan kecenderungan perdarahan. Efek merugikan juga
terdapat pada aplikasi topical azoles atau yang sebagian teresorpsi saluran
pencernaan.
Azoles
juga digunakan dalam pengobatan candidiasis oral sekunder terkait dengan faktor
predisposisi sistemik dan untuk candidiasis sistemik.4
Sumber :
1.
George Laskaris.
Color Atlas of Oral Diseases in Children
and Adolescents. New York : Thieme. 2000. P. 128
2.
Martin S.
Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s
Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. P. 79,
82,
3.
Martin S.
Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s
Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. P. 79-82
4.
Martin S.
Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s
Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. P. 82-4,
38-9