Monday, September 24, 2012

KARIES



1.      Definisi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.1
Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang dimulai dengan demineralisasi konponen organic gigi, kemudian terjadi destruksi komponen organic, yang akan menyebabkan terbentuknya kavitas.2
2.      Etiologi
Ada empat faktor penting yang dapat menimbulkan karies yakni:1
a.          Host dan gigi
b.         Mikroorganisme
c.          Substrat
d.         Waktu
Keempat faktor ini bekerja sama dalam proses terjadinya karies. Karies baru bisa terjadi hanya bila keempat faktor tersebut ada.
a.          Host dan gigi (Plak)
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. 
b.         Mikroorganisme
Streptococcus mutans dan Laktobasilus merupakan bakteri yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri-bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida terdiri dari polimer glukosa, akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain sehingga plak semakin tebal dan akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.
c.          Substrat
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Walaupun tidak semua karbohidrat sama derajad kariogeniknya.
Pada kasus karies rampan substratnya adalah susu yang diminum sebelum tidur atau pada saat tidur dan makanan manis lainnya.
d.         Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti.oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalamhitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
3.      Klasifikasi
A.       Klasifikasi karies menurut G.J Mount and WR.Hume :3
a.         Berdasarkan site (lokasi).
·      Site 1 : karies terletak pada pit dan fissure.
·      Site 2 : karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun posterior.
·      Site 3 : karies terletak di daerah servikal, termasuk enamel/permukaan akar yang terbuka.
b.        Berdasarkan size (ukuran) ; jika kavitas berkembang dari lesi bercak putih menjadi kavitas berlanjut sehingga menghancurkan mahkota gigi. Mahkota tersebut diklasifikasikan menjadi:
·      Size 0  : lesi dini.
·      Size 1 : kavitas minimal, melibatkan dentin namun belum terjadi. Kavitas yang masih minim dapat dilakukan perawatan remineralisasi.
·      Size 2 : ukuran kavitas sedang, dimana masih terdapat struktur gigi yang cukup untuk dapat menyangga restorasi yang akan ditempatkan.
·      Size 3 : kavitas yang berukuran lebih besar, sehingga preparasi kavitas di perluas agar restorasi dapat digunakan untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari retak/patah.
·      Size 4     : sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti cups/sudut insisal.

B.       Klasifikasi karies menurut G.V Black :4
·      Kelas 1 : Kavitas pada semua pit dan fissure gigi, terutama pada premolar dan molar.
·      Kelas 2 : Kavitas pada permukaan approksimal gigi posterior yaitu pada permukaan halus / lesi mesial  dan atau distal biasanya berada di bawah titik kontak yang sulit dibersihkan . Dapat digolongkan sebagai kavitas MO (mesio-oklusal) , DO (disto-oklusal) dan MOD (mesio-oklusal-distal).
·      Kelas 3: Kavitas pada permukaan approksimal gigi- gigi depan juga terjadi di bawah titik kontak, bentuknya bulat dan kecil.
·      Kelas 4 : Kavitas sama dengan kelas 3 tetapi meluas sampai pada sudut insisal
·      Kelas 5 : kavitas pada bagian sepertiga gingival permukaan bukal atau lingual,lesi lebih dominan timbul dipermukaan yang menghadap ke bibir/pipi dari pada lidah. Selain mengenai email,juga dapat mengenai sementum.
·      Kelas 6 : Terjadi pada ujung gigi posterior dan ujung edge insisal incisive. Biasanya pembentukkan yang tidak sempurna pada ujung tonjol/edge incisal rentan terhadap karies.
C.    Mekanisme Terjadinya1
a.       Proses Demineralisasi
Demineralisasi merupakan proses hilangnya atau terbuangnya garam mineral yaitu hidroksiapatit pada gigi.
Komponen mineral dari email, dentin dan sementum adalah hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Pada lingkungan netral, hidroksiapatit berada pada keseimbangan dengan saliva yang banyak terdapat ion Ca2+ dan PO43-.
Hidroksiapatit sangat reaktif terhadap ion hydrogen pada pH 5,5 atau dibawahnya. H+ lebih bereaksi terhadap grup fosfat pada lingkungan cair yang berdekatan dengan permukaan Kristal. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai konversi PO43- ke HPO42- dengan penambahan H+ dan pada waktu yang bersamaan H+ mengalami buffer. HPO2- kemudian tidak mampu untuk berkonstribusi pada keseimbangan hidroksiapatit karena mengandung PO43-, daripada HPO42-, dan kristal hidroksiapatit kemudian larut.
b.      Proses Remineralisasi
Remineralisasi merupakan kebalikan dari demineralisasi yaitu penempatan kembali garam-garam mineral ke gigi. Proses remineralisasi dapat terjadi jika pH saliva menjadi netral dan terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang cukup di lingkungan saliva. Pengembalian mineral ini dapat terjadi dengan proses buffer, atau ion Ca2+ dan PO43- pada saliva dapat menghalangi proses larutnya mineral melalui efek ion yang biasa.
Interaksi ini dapat ditingkatkan dengan kehadiran ion fluoride pada tempat reaksi. Reaksi seluruhnya, yang mungkin dapat dikarakteristikan sebagai proses demin/remin, dapat disimbolkan sebagai berikut.



 






D.    Pencegahan
Usaha preventif terhadap karies yaitu :1
a.       Pengendalian Diet
Pada pasien yang melakukan terapi penyinaran, pengendalian diet yang kaku tidak akan praktis, Makanan dan minuman manis yang dikonsumsi diantara waktu makan sangat berbahaya dan harus dihindari oleh pasien yang sangat rentan terhadap karies. Pada pengendalian diet ini, pasien karies akan dikurangi dan dibatasi konsumsi gulanya. Misalnya, mengganti makanan manis yang dikonsumsi diantara jam makan dengan keripik, keju, atau kacang tanah.
b.      Pengendalian Plak Secara Kimia
Pada pasien yang mulutnya sangat kering, akan dilakukan pengendalian plak secara kimia dengan obat kumur yang berisi chlorhexidine gluconate. Chlorhexidine gluconate bekerja menghambat pembentukan plak pada permukaan gigi. Selain itu Streptococcus mutans merupakan bakteri yang sangat sensitive terhadap obat kumur tersebut.
c.       Penggunaan Sediaan Fluor
Penggunaan fluor untuk membantu remineralisasi dan menghentikan karies dini merupakan hal yang sangat penting. Jika kekurangan saliva tidak parah, pengaturan diet dan penambahan fluor mungkin satu-satunya cara yang diperlukan. Namun, pada kasus yang ekstrim, penggunaan chlorhexidine juga dibutuhkan.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Cetakan 2. Jakarta: EGC; 1992
3.      G.J. Mount, W.R. Hume. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby. 2005
4.      Baum Phillips Lund. Buku Ajar Ilmu konservasi Gigi, ahli Bahasa, Resinta tarigan, Ed.3, Jakarta:EGC,1997.