Monday, June 3, 2013

Proposal Penelitian

Jadi, ada satu mata kuliah dikampus aku, yang dinamai metodologi penelitian (kalo gak salah), dari mata kuliah ini, tugas akhirnya adalah untuk membuat proposal penelitian. Proposalnya sih emang masih ecek-ecek, karena kami baru belajar. Sebetulnya sih proposal aku aja yang ecek-ecek, proposal kawan-kawan aku gak ecek-ecek. hehe
Jadi, berikut ini bakalan aku kasih liat ke kalian gimana proposal aku.
Judulnya adalah :

Pengaruh Maloklusi Klas I Angle Tipe Modifikasi Dewey terhadap Prevalensi Gingivitis pada Siswa/i SMAN 3 Banda Aceh

Aku gak tau juga sih judul itu sebetulnya bisa disebut penelitian atau gak, tapi karena gak ada ide lain, yaudah aku buat aja. hehe
Check this out :



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Maloklusi adalah masalah yang sering terjadi dan mengenai hampir seluruh manusia yang ada di muka bumi. Prevalensi kejadian maloklusi di Indonesia adalah sebesar 80% dan maloklusi merupakan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah prevalensi karies dan penyakit periodontal.1
Maloklusi merupakan suatu kelainan yang terjadi pada hubungan antara satu gigi dengan gigi lain yang merupakan antagonisnya. Maloklusi adalah kelainan yang terjadi saat oklusi normal gigi-geligi. Oklusi menurut Angle adalah hubungan normal dari bidang inklinasi oklusal gigi ketika rahang dalam keadaan tertutup.2
Prevalensi maloklusi tersebut dapat berpengaruh terhadap  kesehatan jaringan periodontal. Hal ini dapat disebabkan karena saat terjadinya maloklusi, gigi geligi dapat menunjukkan ketidakteraturan erupsi dan menyebabkan gigi crowded misalnya. Gigi yang crowded ini akan menjadi tempat yang sangat cocok untuk retensi plak. Dimana nantinya pada plak akan melekat bakteri-bakteri yang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal.
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal yang paling sering diderita adalah gingivitis, yaitu penyakit periodontal yang hanya mengenai bagian gingiva saja. Namun, saat seseorang menderita gingivitis, orang tersebut jarang mengetahui pernyakit yang dideritanya, dikarenakan gingivitis tidak menimbulkan rasa nyeri pada penderitanya. Ciri umum pada penderita gingivitis yang dapat dilihat pada gingivanya adalah warna gingiva yang berubah. Saat gingiva tersebut dalam kondisi sehat, warna gingival adalah pink, sedangkan ketika seseorang menderita gingivitis, warna gingivanya akan berubah menjadi merah kehitaman. Kemudian, tanda umum lainnya adalah terjadinya perdarahan pada gingiva, terutama saat sedang menyikat gigi.3 Prevalensi penyakit periodontal khususnya gingivitis di Indonesia adalah cukup besar, yaitu sekitar 85%, sehingga pembelajaran yang lebih terhadap penyakit periodontal diperlukan agar dapat mengurangi prevalensi terjadinya gingivitis tersebut.
Penelitian ini dilakukan guna melihat apakah terdapat korelansi antara keadaan maloklusi pasien terhadap prevalensi gingivitis yang terjadi. Selain disebabkan gigi crowded, yaitu tipe 1 modifikasi Dewey terhadap maloklusi Klas I Angle, penelitian ini juga akan melihat apakah crossbite dan mesial drift yang terjadi baik pada gigi anterior maupun gigi posterior akan berpengaruh terhadap terjadinya gingivitis.
Untuk melihat status gingiva seseorang dapat dilakukan pemeriksaan papilla bleeding index (PBI).  Setelah melakukan pemeriksaan PBI, operator akan menghitung jumlah skor yang didapat dari perdarahan subjek, kemudian akan dibagikan dengan jumlah keseluruhan gigi yang telah diperiksa.4 Dari skor akhir indeks tersebut akan dihasilkan status gingiva pasien. Jika angka menunjukkan angka 0 = gingiva sehat, 1 = gingivitis ringan, 2 = gingivitis sedang, 3-4 = gingivitis berat.

1.2         Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan sebab-akibat antara maloklusi Klas I Agle tipe modifikasi Dewey terhadap prevalensi gingivitis pada siswa/i  SMAN 3 Banda Aceh.

1.3         Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh maloklusi Klas I Angle tipe modifikasi Dewey terhadap prevalensi gingivitis pada siswa/I SMAN 3 Banda Aceh.

1.4         Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
§  Bagi Peneliti.
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah guna menambah wawasan dan pengetahuan mengenai  pengaruh maloklusi terhadap kesehatan jaringan periodontal dan juga bagaimana cara untuk menjaga kesehatan jaringan periodontal.
§  Bagi Subjek Penelitian.
Manfaat penelitian ini bagi subjek penelitian adalah agar subjek penelitian dapat lebih memelihara kesehatan jaringan periodontalnya, walaupun para subjek penelitian memiliki maloklusi Klas I Angle modifikasi Dewey tipe 1 dan 5.
§  Bagi Institusi Pendidikan.
Manfaat penelitian ini bagi institusi pendidikan adalah guna menambah bahan kepustakaan dari institusi pendidikan terkait.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Maloklusi
Oklusi menurut Angle adalah hubungan normal dari bidang inklinasi oklusal gigi ketika rahang dalam keadaan tertutup2. Oklusi merupakan fenomena kompleks yang melibatkan gigi-geligi, ligament periodontal, rahang, temporomandibular joint, otot-otot serta sistem saraf.
Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah ketika rahang berada pada posisi tertutup penuh, begitu juga dengan hubungan antara gigi pada lengkung yang sama5.
Terdapat dua jenis oklusi gigi, yaitu:6
a.       Oklusi statis, yaitu oklusi yang mengacu pada posisi dimana gigi-geligi atas dan bawah saling berkontak.
b.      Oklusi fungsional, yaitu oklusi yang mengacu pada gerak fungsional dari mandibula, dan karenanya gigi-geligi rahang bawah akan berkontak dengan gigi-geligi rahang atas.
Oklusi sudah berkembang sejak gigi sulung pertama sekali erupsi.  Selama masa perkembangan ini, terjadi perkembangan motorik oral dan kemampuan mastikasi pun diperoleh.
Maloklusi merupakan suatu kelainan yang terjadi pada hubungan antara satu gigi dengan gigi lain yang merupakan antagonisnya. Maloklusi berhubungan dengan tidak adanya bentuk ideal yang terjadi pada gigi-geligi saat berada pada kontak maksimal ketika gigi beroklusi (oklusi sentris).

2.2  Klasifikasi Maloklusi
Terdapat banyak jenis maloklusi yang terjadi, karena itu maloklusi telah diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian. Mengklasifikasi maloklusi memiliki manfaat sebagai berikut :
a.     Klasifikasi membantu mendiagnosis dan merencanakan perawatan untuk pasien.
b.    Klasifikasi membantu melihat dan memahami permasalahan yang berhubungan dengan maloklusi tersebut.
c.     Klasifikasi membantu menghubungkan masalah yang terjadi.
d.    Perbandingan beberapa jenis maloklusi menjadi lebih mudah karena adanya klasifikasi.
Edward Angle pada tahun 1899 telah mengklasifikasikan maloklusi ke dalam beberapa Klas yang mudah untuk dipahami dan diingat. Klasifikasi Angle merupakan langkah pertama dalam perkembangan ilmu ortodonti dan maloklusi kemudian juga diklasifikasikan oleh beberapa orang lainnya. Beberapa klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.2, 7
2.2.1   Klasifikasi Angle.
Angle mengatakan bahwa gigi molar permanen pertama atas dan bawah merupakan kunci oklusi dan bahwa molar permanen pertama atas dan bawah seharusnya memiliki hubungan dimana cusp mesiobuccal dari molar pertama atas beroklusi pada groove buccal molar pertama bawah. Sistem klasifikasi Angle ini merupakan langkah penting dalam perkembangan ortodonti karena sistem klasifikasi ini tidak hanya membagi tipe mayor dari maloklusi namun juga menjelaskan definisi\ mudah mengenai oklusi normal gigi-geligi.
Berdasarkan relasi molar yang terjadi antara rahang atas dan rahang bawah, Angle membagi maloklusi ke dalam tiga klas yaitu :
a)    Klas I
Klasifikasi Angle Klas I dikarakteristikkan dengan adanya hubungan normal pada molar antar rahang. Cusp mesiobuccal dari molar pertama atas beroklusi pada groove buccal molar pertama bawah.  Pasien yang mengalami maloklusi Klas I Angle ini dapat menunjukkan adanya ketidakteraturan (irregular) pada gigi-geligi, seperti adanya crowding, spacing, rotasi, missing tooth, dan lain sebagainya. Pasien menunjukkan hubungan skeletal yang normal dan juga menunjukkan fungsi otot yang normal.
Jenis maloklusi lain yang sering dikategorikan ke dalam Klas I Angle ini adalah bimaxilary protrusion dimana pasien menunjukkan hubungan molar Klas I normal namun gigi-geligi dari lengkung rahang atas dan bawah terletak lebih ke depan dalam hubungan terhadap profil wajah.


b)   Klas II
Klasifikasi Angle Klas II dikarakteristikkan dengan molar yang memiliki hubungan dimana cusp distobuccal molar pertama atas beroklusi pada groove buccal molar pertama bawah. Klas II Angle memiliki tiga divisi, yaitu :
Ø Klas II, divisi 1
Klas II, subdivisi 1 dikarakteristikkan dengan insisivus yang proklinasi dengah hasil terjadi peningkatan overjet. Juga dapat terjadi insisivus yang deep bite pada area anterior. Tampilan klinis dari maloklusi ini adalah adanya aktivitas abnormal pada otot. Bibir atas biasanya hypotonic, pendek dan gagal untuk menutup. Bibir bawah terletak pada aspek palatal gigi atas, yang merupakan tampilan umum Klas II divisi 1. Aktivitas otot buccinator tidak terkendali dan menyebabkan terjadinya penyempitan pada rahang atas pada area premolar dan caninus sehingga membuat rahang atas berbentuk seperti huruf V.
Ø Klas II, divisi 2
Tampilan klinis maloklusi Klas II divisi 2 adalah adanya insisivus pertama atas yang berinklinasi kea rah lingual dan insisivus dua atas yang berinklinasi melewati insisivus pertama. Pasien juga menunjukkan adanya deep bite pada regio anterior.
Ø Klas II, subdivisi
Tampilan klinis maloklusi ini adalah adanya relasi molar Klas II yang terdapat pada satu sisi dan sisi yang lain terdapat relasi Klas I.
c)    Klas III
Klasifikasi Klas III Angle ini dikarakteristikkan dengan relasi molar dimana  cusp mesiobuccal molar pertama atas beroklusi pada ruang interdental antara molar pertama dan molar kedua bawah. Klas III Angle terbagi lagi ke dalam beberapa divisi, yaitu :
Ø True Class III.
Gambaran klinis maloklusi true class III adalah adanya insisivus yang berinklinasi cenderung lebih ke lingual. Pasien dapat menunjukkan overjet yang normal, relasi insisivus edge to edge, atau adanya anterior crossbite.
Maloklusi true class III ini dapat disebabkan karena :
§   Mandibula yang terlalu besar;
§   Mandibula yang terletak lebih ke depan;
§   Maksila yang lebih kecil dibandingkan ukuran normal;
§   Maksila yang retroposisi;
§   Kombinasi dari penyebab diatas.
Ø Pseudo Class III.
Tipe maloklusi ini terjadi karena adanya pergerakan mandibula ke depan selama penutupan rahang. Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya pseudo class III:
§   Adanya premature kontak yang dapat menyebabkan mandibula bergerak ke depan.
§   Ketika terjadi kehilangan dini gigi desidui posterior, anak cenderung menggerakkan mandibula ke depan untuk mendapatkan kontak pada regio anterior.
§   Anak yang memiliki adenoid yang besar cenderung menggerakkan mandibula ke depan sebagai usaha untuk mencegah lidah berkontak dengan adenoid.
Ø Class III subdivision.
Merupakan kondisi yang dikarakteristikkan dengan adanya hubungan molar Klas III pada satu sisi dan hubungan molar Klas I pada sisi lainnya.


2.2.2     Modifikasi Dewey terhadap Klasifikasi Angle.
Dewey memperkenalkan modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle. Dewey membagi Klas I Angle ke dalam lima tipe dan Klas III Angle menjadi tiga tipe.
a)    Modifikasi Dewey terhadap Klas I Angle.
Ø Tipe 1 : maloklusi Klas I dengan gigi anterior crowded.
Ø Tipe 2 : maloklusi Klas I dengan insisivus maksila yang protrusif.
Ø Tipe 3 : maloklusi Klas I dengan crossbite pada gigi anterior.
Ø Tipe 4 : maloklusi Klas I dengan crossbite pada gigi posterior.
Ø Tipe 5 : maloklusi Klas I dengan molar permanen yang telah bergeser ke mesial dikarenakan ekstraksi dini molar kedua desidui atau ekstraksi dini premolar kedua.
b)   Modifikasi Dewey terhadap Klas III Angle.
Ø Tipe 1 : maloklusi Klas III dengan lengkung rahang atas dan bawah yang ketika dilihat secara terpisah berada pada jajaran yang normal. Namun ketika pasien mengoklusikan rahang menunjukkan insisivus yang edge to edge, menjadikan mandibula bergerak ke depan.
Ø Tipe 2 : maloklusi Klas III dengan insisivus mandibula crowded dan pada relasi lingual terhadap insisivus maksila.
Ø Tipe 3 : maloklusi Klas III dengan insisivus maksila crowded dan pada relasi crossbite terhadap gigi anterior mandibula.
2.2.3     Modifikasi Lischer terhadap Klasifikasi Angle.
Lischer memberikan istilah neutrocclusion untuk klasifikasi maloklusi Klas I Angle, distocclusion untuk Klas II Angle, dan mesiocclusion untuk Klas III Angle. Sebagai tambahan, Lischer juga memberikan beberapa istilah lagi untuk menunjukkan maloklusi tertentu.
a)    Neutrocclusion : sama dengan Klas I Angle.
b)   Distocclusion : sama dengan Klas II Angle.
c)    Mesiocclusion : sama dengan Klas III Angle.
d)   Buccocclusion : penempatan satu atau sekelompok gigi lebih ke buccal.
e)    Linguocclusion : penempatan satu atau sekelompok gigi lebih ke lingual.
f)    Supraocclusion : ketika satu atau sekelompok gigi bererupsi diatas level normal.
g)   Infraocclusion : Ketika satu atau sekelompok gigi tidak bererupsi pada level normal.
h)   Mesioversion : gigi yang terletak lebih ke mesial dibanding posisi normal.
i)     Distoversion : gigi yang terletak lebih ke distal dibanding posisi normal.
j)     Transversion : dua gigi yang mengalami transposisi.
k)   Axiversion : inklinasi aksial yang abnormal dari gigi-geligi.
l)     Torsiversion : rotasi gigi terhadap sumbu panjangnya.

2.2.4     Klasifikasi Bennet.
Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya, yaitu :
a)    Klas I : posisi abnormal dari satu atau beberapa gigi dikarenakan faktor lokal.
b)   Klas II : formasi abnormal sebagian atau seluruh rahang karena defek perkembangan tulang.
c)    Klas III : hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan antara salah satu lengkung terhadap kontur facial dan pembentukan abnormal yang berhubungan dengan salah satu rahang.

2.3 Etiologi Maloklusi
       Berikut ini adalah beberapa klasifikasi terhadap etiologi dari maloklusi :2
2.3.1    Klasifikasi Moyer
A. Herediter
·      Sistem neuromuskular.
·      Tulang.
·      Gigi.
B. Defek perkembangan.
C. Trauma
·      Trauma prenatal dan injuri saat lahir.
·      Trauma postnatal.
D. Agen fisik.
·      Ekstraksi dini dari gigi desidui.
E. Kebiasaan.
·      Menghisap jari atau menghisap jempol.
·      Tongue thrusting.
·      Menghisap bibir atau menggigit bibir.
·      Menggigit kuku.
·      Kebiasaan lain.
F. Penyakit.
·      Penyakit sistemik.
·      Kelainan endokrin.
·      Penyakit lokal.
·      Penyakit nasofaringeal dan fungsi respirasi yang terganggu.
·      Penyakit gingival dan periodontal.
·      Tumor.
·      Karies.
G. Malnutrisi.
2.3.2    Klasifikasi White dan Gardiner.
            A. Abnormalitas pada dental.
·      Malrelasi antero-posterior.
·      Malrelasi vertikal.
·      Malrelasi lateral.
·      Abnormalitas kongenital.
            B. Abnormalitas pre-erupsi.
·      Abnormalitas pada posisi benih gigi.
·      Kehilangan gigi.
·      Gigi supernumerary dan gigi yang abnormal bentuknya.
·      Gigi desidui yang tetap bertahan dalam rongga mulut melewati masanya.
·      Frenum labial yang besar.
·      Injuri traumatik.
            C. Abnormalitas post-erupsi.
·      Muskular.
·      Kehilangan dini gigi desidui.
·      Ekstraksi gigi permanen.

2.4  Jaringan Periodontal
Jaringan periodontal adalah jaringan pendukung gigi yang terdiri dari gingival, sementum, ligament periodontal, dan tulang alveolar. Jaringan periodontal merupakan jaringan penyokong gigi yang harus dipelihara kesehatannya agar gigi tetap berfungsi normal dan gigi tetap kokoh.
2.4.1 Gingiva
Gingiva normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi ke tingkatan mendekati mahkota yang disebut dengan cementoenamel junction. Secara anatomi, gingival dibagi menjadi :8
a.    Marginal gingiva
Marginal gingiva, merupakan ujung batas gingival yang berada disekitar gigi dan berbentuk seperti kerah.
b.    Sulcus gingiva
Sulcus gingival merupakan celah sempit disekitar gigi yang dibatasi oleh permukaan gigi pada satu sisi dan epitel pada sisi lainnya.
c.    Attached gingiva
Gingiva cekat bersambungan dengan marginal gingiva. Bentuknya kaku, kenyal, dan terikat dengan jaringan periodontal lain dibawahnya, yaitu tulang alveolar.
d.   Interdental gingival
Interdental gingiva berada pada ruang interproksimal gigi, dibawah area kontak gigi.

2.4.2  Sementum.
Sementum merupakan lapisan jaringan ikat terkalsifikasi yang menutupi akar gigi.9
2.4.3  Ligamen Periodontal.
Ligamen periodontal adalah lapisan tipis jaringan ikat fibrosa yang terletak antara gigi dan soket tulang gigi tersebut. Ligamen periodontal menghubungkan gigi dengan dinding tulang pada soket gigi.9
2.4.4  Tulang Alveolar.
Tulang alveolar atau prosesus alveolar adalah tulang pada rahang atas dan bawah yang meliputi dan mendukung akar gigi.9





2.5  Etiologi Gingivitis
Etiologi utama terjadinya gingivitis adalah adanya plak. Plak adalah deposit lunak membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di dalam rongga mulut.10 Plak merupakan media perlekatan bagi bakteri yang nantinya akan menyerang struktur jaringan periodontal. Plak yang tidak dibersihkan akan terkalsifikasi membentuk deposit keras disebut kalkulus yang biasanya terletak pada dasar gigi.10, 11 Bakteri yang berperan dalam proses terjadinya gingivitis adalah Gram-positif batang, Gram-positif kokus, dan Gram-negatif kokus.12
Biasanya, terjadinya penyakit periodontal tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Sehingga pasien jarang untuk mengkonsultasikan masalah kesehatan periodontalnya kepada dokter gigi. Berikut ini adalah beberapa gejala yang terjadi ketika terjadi gingivitis :3, 9
·      Gusi yang berdarah, lebih sering terjadi selama penyikatan gigi..
·      Gusi yang merah kehitaman dan bengkak.
Namun, warna dari gingiva tersebut tidak selalu menunjukkan bahwa seseorang tersebut menderita gingivitis. Lebih baik, pasien mengunjungi dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan guna mengetahui status kesehatan gingivanya.

2.6  Patogenesis Gingivitis
Adapun pathogenesis terjadinya periodontitis adalah sebagai berikut :13
2.6.1    Initial Lesion
·      Terjadi sedikit peningkatan pada permeabilitas vascular dan terjadi vasodilatasi.
·      Gingival crest fluid berada pada sulcus.
·      Terjadi migrasi leukosit, terutama neutrofil pada jumlah yang sedikit melalui jaringan ikat gingival, melewati epitel penghubung dan masuk ke dalam sulcus.
2.6.2    Early Lesion
·      Meningkatnya permeabilitas vascular, vasodilatasi, dan terdapat alirah gingival crest fluid.
·      Terjadi degenerasi fibroblas.
·      Terjadi destruksi kolagen, menghasilkan adanya area kekosongan kolagen pada jaringan ikat.
·      Proliferasi epitel penghubung dan epitel sulcular ke area kekosongan kolagen tersebut.
2.6.3    Established Lesion
·      Infiltasi sel inflamasi yang padat (terdapat plasma sel, limfosit, neutrofil).
·      Akumulasi sel inflamasi pada jaringan ikat.
·      Pelepasan MMP dan konten lisosom yang meningkat dari neutrofil.
·      Penghilangan kolagen yang signifikan dan diimbangi dengan proliferasi epitel yang signifikan pula.
·      Pembentukan epitel poket yang mengandung banyak neutrofil.

2.7  Kerangka Teori
Maloklusi Klas I Angle Tipe Modifikasi Dewey
Fisiologis
Patologis
Internal

Eksternal
Gingivitis
 



 

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1  Kerangka Konsep
Maloklusi Klas I Angle tipe modifikasi Dewey
                   Variabel Bebas                                                    Variabel Terikat
Gingivitis
Oral Hygiene
 





                                                        Variabel Perancu

3.2  Variabel Penelitian
Ø Variabel Bebas.
·      Maloklusi Klas I Angle tipe modifikasi Dewey.
Ø Variabel Terikat.
·      Gingivitis.
Ø Variabel Perancu.
·      Oral Hygiene.

3.3 Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Maloklusi Klas I Angle tipe modifikasi Dewey
Maloklusi Klas I Angle adalah maloklusi yang dikarakteristikkan dengan hubungan cusp buccal molar pertama atas yang terletak pada groove buccal molar pertama bawah. Tipe modifikasi Dewey yang dimaksud adalah modifikasi Dewey terhadap klasifikasi maloklusi Angle. Dewey membagi klasifikasi Klas I Angle ke dalam lima tipe.
Menggunakan kaca mulut sebagai alat bantu untuk melihat hubungan molar pertama rahang atas dan rahang bawah subjek penelitian.
§ Klas I Angle modifikasi tipe 1 Dewey.
§ Klas I Angle modifikasi tipe 2 Dewey.
§ Klas I Angle modifikasi tipe 3 Dewey.
§ Klas I Angle modifikasi tipe 4 Dewey.
§ Klas I Angle modifikasi tipe 5 Dewey.
Nominal
Gingivitis
Inflamasi yang terjadi pada gingiva yang terdapat disekitar gigi tanpa disertai kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang alveolar. Gingivitis ditandai dengan hasil ukur papilla bleeding index yang melewati batas gingival sehat, yaitu yang mendapat nilai satu sampai seterusnya.
Pengukuran papilla bleeding index dilakukan dengan menggunakan prob yang dijalankan sepanjang margin gingival dari distal ke mesial atau sebaliknya, kemudian ditunggu kira-kira 20 detik untuk melihat hasil perdarahan.
Hasil perdarahan akan berupa :
0 = tidak ada perdarahan.
1 = perdarahan berupa titik.
2  = perdarahan berupa garis.
3  = Perdarahan berupa segitiga.
4  = perdarahan menyebar.14

PBI = jumlah skor pada semua gigi dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.
0 = gingiva sehat.
1 = gingivitis ringan.
2 = gingivitis sedang.
3-4 = gingivitis berat.
Ordinal

3.4 Hipotesis Penelitian                       
       Adanya hubungan antara maloklusi Klas I Angle tipe modifikasi Dewey terhadap prevalensi gingivitis pada siswa SMAN 3 Banda Aceh.



BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1  Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional.

4.2  Waktu dan Tempat Penelitian
       Waktu    : Penelitian dilakukan selama dua minggu pada tanggal 9 – 27 September 2013.
       Tempat : SMAN 3 Banda Aceh.

4.3  Populasi dan Sampel Penelitian
       Populasi penelitian adalah siswa/i SMAN 3 Banda Aceh. Sampel penelitian adalah siswa/i kelas XI SMAN 3 Banda Aceh.

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
       4.4.1    Kriteria Inklusi
1.    Siswa/i SMAN 3 Banda Aceh.
2.    Memiliki gigi molar pertama atas dan bawah.
3.    Pada saat pemeriksaan subjek tidak dalam keadaan menstruasi.
       4.4.2    Kriteria Eksklusi
1.    Menderita penyakit sistemik (diabetes mellitus, kelainan darah).
2.    Menderita periodontitis.

4.5  Alat dan Bahan
·      Kaca mulut.
·      Probe.
·      Handskun.
·      Tissue.
·      Masker.
·      Gelas kumur.
·      Pulpen.
·      Borang penilaian papilla bleeding index.

4.6  Cara Kerja Penelitian
       Siswa/i SMAN 3 Banda Aceh yang menjadi subjek penelitian akan diperiksa keadaan maloklusinya apakah sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Bagi siswa/i yang memenuhi kriteria, selanjutnya akan diberikan pengarahan mengenai tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Para subjek penelitian yang bersedia akan diberikan informed consent untuk ditandatangani dan selanjutnya akan dilakukan anamnesis mengenai data diri serta penyakit sistemik yang diderita oleh subjek.
Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan untuk melihat status/keadaan gingiva subjek penelitian. Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan mengukur papilla bleeding index dan selanjutnya akan diketahui mengenai status gingiva pasien, apakah sehat atau mengalami gingivitis.
Pemeriksaan apakah subjek memenuhi kriteria adalah dengan melihat hubungan molar pertama pasien baik rahang atas dan rahang bawah, dengan menggunakan kaca mulut sebagai alat pembantu. Jika maloklusi yang dialami pasien adalah maloklusi Klas I Angle, maka pasien memenuhi kriteria.
Pemeriksaan papilla bleeding index adalah dengan menggunakan prob dan kaca mulut. Prob digunakan dengan cara menjalankan prob dari distal ke mesial sulcus gingiva, kemudian ditunggu kira-kira 20 detik untuk melihat perdarahan pada bagian tersebut.4 Selanjutnya, dicatat hasil yang diperoleh dari perdarahan tersebut pada kertas yang telah disediakan.

4.7  Analisis Data
Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square untuk melihat hubungan maloklusi Klas I Angle tipe modifikasi Dewey dengan gingivitis.



4.8  Alur Penelitian

Subjek Penelitian
      
Informed Consent
·      Pemeriksaan Indeks Perdarahan Papila (bagi pasien yang tinggi indeks perdarahan papilla, disarankan untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulutnya).
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pemeriksaan Klinis untuk melihat subjek yang sesuai dengan kriteria.

 


DAFTAR PUSTAKA