Friday, February 8, 2013

Pencegahan Penyakit Periodontal dan Proses Pembentukan Kalkulus


1.    Pencegahan Penyakit Periodontal
Pencegahan penyakit periodontal diutamakan pada pengontrolan plak. Hal yang termasuk kedalam pencegahan penyakit periodontal antara lain adalah cara mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya, serta upaya memotivasi pasien agar pasien menerapkan nasihat dan petunjuk yang sudah diberikan oleh dokter gigi.
Dalam hal mendidik pasien, dokter gigi harus memberitahu tentang cara pengontrolan plak secara mekanis, yaitu yang dilakukan dengan sikat gigi atau dental floss. Sebelum mengetahui cara menyikat gigi yang baik, dokter gigi haru memberitahu terlebih dahulu bagaimana sikat gigi yang ideal, yaitu :
·      Kepala sikat gigi harus cukup kecil untuk dapat dimanipulasi dengan efektif di daerah manapun di dalam rongga mulut. Panjang kepala sikat untuk orang dewasa adalah 2,5 cm, dan untuk anak-anak adalah 1,5 cm.
·      Bulu-bulu sikat harus mempunyai panjang yang sama sehingga dapat berfungsi bergantian.
·      Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak jaringan lunak maupun jaringan keras.
·      Sikat harus mudah dibersihkan.
·      Pegangan sikat gigi harus enak dipegang dan stabil.
Setelah memberitahukan bagaimana sikat gigi yang ideal, maka dokter gigi kemudian akan menjelaskan bagaimana cara menyikat gigi yang ideal, yaitu :
·      Teknik penyikatan harus dapat membersihkan semua permukaan gigi, khususnya daerah leher gingival dan region interdental.
·      Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lunak maupun jaringan keras. Metode penyikatan vertikal dan horizontal dapat menimbulkan resesi gingiva dan abrasi gigi.
·      Teknik penyikatan harus sederhana dan mudah dipelajari oleh pasien.
·      Metode harus tersusun dengan baik sehingga setiap bagian gigi-geligi dapat disikat bergantian dan tidak ada daerah yang terlewatkan.
Kemudian, dokter gigi juga harus memberitahukan kepada pasien frekuensi penyikatan gigi. Secara teoritis, gigi-geligi cukup dibersihkan sehari sekali untuk mencegah agar plak tidak menempel pada daerah yang dapat merangsang timbulnya inflamasi gingiva. Meskipun demikian, hanya beberapa individu yang dapat membersihkan gigi-geliginya dengan sangat baik sehingga seluruh plak dapat dihilangkan dalam sekali penyikatan. Oleh sebab itu, frekuensi menyikat gigi adalah minimal dua kali sehari, yaitu pagi saat setelah sarapan, dan malam sebelum tidur.
Untuk lebih membersihkan gigi, terutama di bagian interdental yang agak sulit dijangkau oleh sikat gigi, maka pasien dapat diajari cara pemakaian dental floss. Awalnya, dokter gigi lah yang mempraktekkan cara pemakaian dental floss di gigi-geligi pasien, kemudian ketika pasien telah mengerti cara menggunakannya, maka pasien dapat mencoba menggunakan dental floss dengan diawasi oleh dokter gigi, sehingga jika pemakaiannya sudah benar, maka pasien tersebut dapat menggunakan dental floss di rumah.1,2
2.    Proses Pembentukan Kalkulus
Kalkulus adalah plak dental yang telah mengalami mineralisasi. Plak yang lunak menjadi keras karena pengendapan garam-garam mineral, yang biasanya dimulai antara hari pertama sampai hari keempat belas dari pembentukan plak.
Proses kalsifikasi mencakup pengikatan ion-ion kalsium ke senyawa karbohidrat-protein dari matriks organik, dan pengendapan kristal-kristal garam kalsium fosfat. Kristal terbentuk pertama sekali pada matriks interseluler dan pada permukaan bakteri, dan akhirnya diantara bakteri.
Saliva merupakan sumber mineralisasi untuk kalkulus supragingival, dimana serum transudat yang disebut cairan gingival crevicular menyediakan kalsium untuk kalkulus subgingiva. Plak memiliki kemampuan untuk mengkonsentrasikan kalsium 2-20 kali level yang ada pada saliva.
Kalsifikasi kalkulus dimulai sepanjang permukaan plak supragingival (dan pada komponen melekat dari plak supragingival) yang berbatasan dengan gigi membentuk fokus-fokus yang terpisah. Fokus-fokus tersebut kemudian membesar dan menyatu membentuk massa kalkulus yang padat. Kalkulus dibentuk lapis demi lapis, dimana setiap lapis sering dipisahkan oleh kutikula yang tipis yang kemudian tertanam dalam kalkulus dengan berlangsungnya kalsifikasi.1,3

Sumber :
  1.      Michael G. Newman, dkk. Caranza’s Clinical Periodontology. 10th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2006. P.371-2
  2.      J.D Manson. Buku Ajar Periodonti. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates. 1993. P.105-122
  3.      Saidina Hamzah Dalimunthe. Periodonsia. Edisi Revisi. Medan : Departemen FKG USU. 2008. P.121-2

No comments:

Post a Comment

Dont be shy to just post a comment :)