Tuesday, May 21, 2013

Oral Habits


Mouth Breathing

Mouth breathing (bernafas dari mulut) telah menjadi salah satu faktor etiologi terjadinya maloklusi. Mode pernapasan mempengaruhi bentuk rahang, lidah dan dapat juga mempengaruhi kepala. Karenanya, bernafas dari mulut dapat menyebabkan berubahnya postur rahang dan lidah yang berlanjut ke maloklusi. Kebanyakan orang normal melakukan mouth breathing ketika mereka melakukan kegiatan fisik seperti ketika berolahraga atau ketika melakukan aktivitas yang berat.
Klasifikasi Orang yang Bernafas dari Mulut
Orang yang bernafas dari mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu:
   a.       Obstruktif.
Adanya hambatan sebagian atau keseluruhan pada nasal dapat menyebabkan orang untuk bernafas melalui mulut. Berikut ini merupakan beberapa penyebab terjadinya hambatan pada nasal :
·      Nasal septum yang menyimpang.
·      Nasal polyp.
·      Inflamasi kronis pada mukosa nasal.
·      Tumor jinak lokalisata.
·      Reaksi alergi dari mukosa nasal.
·      Adenoid yang menghambat.
·      Pembesaran congenital dari  nasal turbinates.
   b.      Habitual.
Orang yang bernafas dari mulut karena kebiasaan adalah orang yang tetap bernafas melalui mulut ketika hambatan pada nasalnya telah dihilangkan. Karenanya, bernafas dari mulut menjadi kebiasaan yang dilakukan secara tidak sadar.
   c.       Anatomi.
Orang yang bernafas dari mulut karena anatomi adalah orang yang morfologi bibirnya tidak dapat menutup sepenuhnya, contohnya adalah pasien yang memiliki bibir atas yang pendek.
Dampak Mouth Breathing
Kelainan orthodontik yang terjadi pada anak yang bernafas melalui mulut adalah:
1.        Maloklusi Klas II divisi 1. Anak yang bernafas melalui mulut memiliki bibir pendek sehingga diperlukan usaha otot yang besar untuk mendapatkan penutupan bibir, maka diperoleh penutupan lidah-bibir bawah dan ini terdapat hubungan Klas II divisi 1. Akibat dorongan lidah ketika pasien mencoba membasahi bibir yang kering mengakibatkan mahkota insicivus terdorong ke labial.
2.        Anterior open bite. Tanimoto dkk. menyatakan bahwa mouth breathing dapat mengakibatkan open bite dengan susunan gigi maksila yang sempit. Penutupan bibir pada anak yang bernafas melalui mulut yaitu penutupan lidah-bibir bawah, di mana ujung lidah berada pada incisal insicivus mandibula yang mencegah erupsi lebih lanjut dan menghalangi perkembangan vertical dari segmen insicivus tersebut. Hal ini yang menyebabkan anterior open bite pada anak yang bernafas melalui mulut.
3.        Maksila yang sempit dengan palatum tinggi. Perubahan pola pernapasan dapat mengubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Lidah tergantung di antara lengkung maksila dan mandibula menyebabkan konstriksi segmen bukal sehingga menyebabkan bentuk v maksila dan palatum yang tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya stimulasi muskulus yang normal dari lidah dan tekanan yang meningkat pada kaninus dan area molar pertama akibat tegangnya muskulus orbicularis oris dan bucinator, segmen bukal maksila tidak berkembang dan memberikan bentuk v pada maksila dan palatum yang tinggi dan pasien biasanya mengalami cross bite posterior.

Nail Biting

Menggigit kuku tidak menyebabkan maloklusi besar, namun menyebabkan ketidakteraturan minor dari gigi seperti rotasi, aus pada incisal edge, dan crowding.
Dampak dari Nail Biting
Menggigit kuku dapat menyebabkan dampak seperti berikut”
1.      Rotasi gigi.
2.      Atrisi pada ujung incisal gigi.
3.      Protrusi incisivus maksila.

Lip Sucking dan Lip Biting

Lip biting dan lip sucking terkadang terjadi setelah pemberhentian paksa thumb atau finger sucking. Menggigit bibir paling sering melibatkan bibir bawah yang diletakkan ke dalam dan di berikan tekanan pada  permukaan lingual dari anterior maksila.
Kebiasaan ini dapat dicegah menggunakan lip bumpers yang tidak hanya mencegah bibir digigit tapi juga mengubah inklinasi aksial dari gigi anterior yang dikarenakan perilaku tak terkendali dari lidah.
Dampak dari Lip Sucking Lip dan Biting.
Pasien yang memiliki kebiasaan menggigit atau menghisap bibir dapat menunjukkan tampilan seperti berikut:
  1.      Anterior atas yang proklinasi dan anterior bawah yang retroklinasi.
  2.      Bibir bawah yang hipertrofi dan besar.
  3.      Bibir pecah-pecah.

Sumber : S.I Bhalajhi. Orthodontics The Art and Science. 3rd Ed. New Delhi : Arya (MEDI) Publishing House. 2004. P.104-8



No comments:

Post a Comment

Dont be shy to just post a comment :)